Sabtu, 14 April 2012

Puisiku Berjudul_Aku Ingin Mengenalmu, Soe!


                                                              :Soe Hok Gie
Baru saja aku bertemu pengantar, tanpa jeda orang-orang membicarakanmu.
Mereka memanggilmu Soe, Hok Gie adapula Gie.

Kata-kata berbaris gagah menatapiku dengan iba, mengelakarkanku dengan tawa.
Lantaran, yang kutahu hanyalah sosok–sosok pemeran kisah saduran di negeri tanpa wajah.
Tak mengenal kata segan, serampangan merekapun menghujatiku, Apatis! Melankolis!.
Suara-suara masih menggema, rupanya, mereka tak rela membiarkanku bertitle mahasiswa.
-Mahasiswa, dengan nyali yang telanjang tak terpejam-

Mataku menyulutkan api!
Siapa Soe? Hok Gie? Atau Gie?
Pada mulanya, aku memandang ragu. Lantas lewat, Ia binasakan derap abu-abu pada pucuk langkahku. Ia mengulurkan tangan padaku, menuntunku dengan peta halaman berbaju baru.
Dan kini, dalam diamku, masih  terpaku pada sosok yang memburu, itu!
:Soe Hok Gie,
Ia kenakan pakaian idealis saat berjalan di antara para pecundang negeri. Pun kala penyuap kelas teri sedang asik berjudi, jalan licin bercecabangpun tak berani menjulurkan nurani melihat kejujuran yang Ia miliki. Masih terus Ia telusuri tentang nadi demokrasi, yang ternyata lagi-lagi dibungkam lidah pengobral janji. Perjalanan selalu mengantarnya di barisan depan, dengan menggeramkan keberanian Ia terjang gerbang penjara ketidakadilan. Sampai pula pada sebuah tanya, Adakah yang masih bisa dipercayai?
Hari berlalu dalam suram dan kelabu,
Tiba-tiba kau pergi tanpa berpamitan, tanpaku menanyakan sebuah pertanyaan padamu. Tanpa ada sebuah perkenalan. Namun, entahlah jejakmu tak pernah raib terhapus waktu.
Pada akhirnya api membakar jiwa, saat Ia berkata “lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”.
:Soe, bolehkah aku memanggilmu seperti itu, lalu mengenalmu dengan Sajakku?
                                                                     
 Sebuah salam untuk kawan, Hidup Mahasiswa!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar