Sabtu, 14 April 2012

Puisiku berjudul_Aku Bukan Peminta!


Add caption
Aku bukan peminta!
Layaknya yang kau dengar, kau obrolkan hanyalah itu-itu saja.
Senandung lagu bengis pada pelupuk mata, pada kantong recehan yang bersisa, serak suara ini menjadi patung-patung tak berharga.  
Dandananku memang urakan, tapi tidaklah sepertimu, mengendap-endap mencari mangsa tanpa berkaca pada semut-semut yang kau tipu daya.
             

Pada senja yang tak memihak,
renta tubuhku dimakan usia, sekadar jerit hitam menjemput maut di kamar kampungan menghabiskan segala kenangan.  
:Tentang lima cucuku,
meronta, mengelus perut hingga kemarin lusa, akhirnya, bumi tak mengijinkannya menggantung dosa pada pepohonan berlarut-larut usia. Ia tak mau, melihat nasib cucuku yang bisanya hanya memperkosa tanah-tanah haram, dari bayang-bayang kaum teraniaya.
Bukan hujatan tajam kusampaikan pada mulut-mulut pembual, sarkasme tanpa nurani yang melonglong mengusap segala obralan janji padam.
Bisakah aku memesan sebiji jagung pada penyelundup keadilan?

Catatlah di nota harianmu itu, jajanan untuk kumpulan terasingkan di sudut kota, mereka sedang mengisi pemantik di ruang kusut dalam sampah-sampah yang terlelap dari tidurnya.
Catatlah pula, lagu di kolong jembatan dengan gaung waktu yang selalu bersahut-sahutan, antara aksara dan sebiji jagung kerjanya hanya menggorok leher dengan harga rendahan.

Yang dijanjikan kantong tebal, usang tersekap oleh bualan yang melambaikan tangan dengan ucapan “selamat tinggal.”
Berkisah cerita memekakkan telinga, memtakkan mata yang tak bernyawa dengan racun-racun penggerogot jiwa. Kini pada senyum penghabisan, merambat dalam kegelapan menunggu dogma-dogma tak lagi dilegalkan.
Sampailah, Aku pada ujung maut dengan kata-kata,”Aku bukan peminta yang seenaknya kau pajang muka “so’melas” pada hasrat saputangan  yang tenggelam di sisa kesibukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar